Seperti diterangkan di bagian pertama, bahwa jenis-jenis terjemahan
dari masa ke masa semakin lama semakin bervariasi, hal itu mungkin
disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itulah pakar-pakar dalam bidang ini kemudian mengklasifikasikan terjemahan
menurut pendapat mereka masing-masing, diantara pakar-pakar itu adalah
Nord (dalam Munday, 2001:81-2) yang membedakan terjemahan menjadi dua
tipe dasar yaitu:
1. Documentary Translation;
terjemahan dokumenter ini menghadirkan sebuah dokumen yang
menghubungkan kultur bahasa sumber antara penerjemah dengan penerima,
contohnya seperti literay translation (Terjemahan karya sastra),
dimana Teks bahasa sasaran (Bsa, Hasil terjemahan) dapat mengungkapkan
ide-ide ataupun makna Bahasa Sasaran (Bsa)
2. Instrumental Translation;
terjemahan instrumental ini menghadirkan penyaluran pesan yang bebas
pada aktifitas komunikatif dari kultur bahasa sasaran. Terjemahan jenis
ini biasanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Dengan kata
lain, penerima Bsa membaca teks Bsu seolah-olah teks Bsu tersebut
ditulis dalam bahasa mereka sendiri.
Larson lalu menjelaskan bahwa jika dipraktekkan nyatanya menerjemahkan secara konsisten dengan idiomatic translation begitu sulit, jika tidak teliti terjemahan idiomatik tersebut bisa menjadi literal ataupun malah terjemahan bebas. Berikut tabel yang urutan hasil terjemahan oleh Larson:
Menurut Larson, terjemahan yang sangat bebas (unduly free translation) tidak bisa diterima sebagai terjemahan dengan alasan sebagai berikut:
- Jika terjemahan menambahkan banyak informasi yang tidak ada dalam Bsu
- Jika terjemahan merubah makna Bsu
- Jika terjemahan salah menafsirkan fakta-fakta latar belakang historis dan kultur teks Bsu
Referensi
Choliludin. 2007. The Technique of Making Idiomatic Translation. Jakarta: Visipro.
Munday, Jeremy. 2001. Introducing Translation Studies: Theory and Applications. London and New York: Routledge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar