Kamis, 16 Mei 2013

INFORMATION FOR WRITING 3 AND EVALUASI PEMBELAJARAN CLASSES

In higher education, writing is one of the learning requirements for the students to be succesful in their study. Almost all of the assignments and also the tests demand them to write logically and systematically. Those include authentic and scientific writing. This requires the students to master some microskills and produce good writing. Since making the students to be good writers is not easy, the teacher, especially for the writing class should create a conducive classroom by designing or applying several appropriate learning methods based on the principles of designing a good writing classroom. It can be expected that such a class will create creative and critical students.
I. PENDAHULUAN
Mengapa pembelajaran writing (menulis) di perguruan tinggi dianggap perlu? Di perguruan tinggi, menulis merupakan ‘a way of life’. Ini dapat dimaknai bahwa sebagian besar aktivitas mahasiswa, baik berupa tugas-tugas harian dari dosen, ujian semester, maupun pengisian kelengkapan administrasi, membutuhkan keterampilan menulis. Tanpa kemampuan yang memadai dalam menulis, mahasiswa akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik, bahkan mungkin tidak akan dapat menyelesaikan studinya.
Kecenderungan dalam pembelajaran writing (menulis) pada pembelajaran bahasa Inggris atau bahasa-bahasa asing lainnya serupa dengan pembelajaran keterampilan-keterampilan yang lain, khususnya listening (menyimak) dan speaking (berbicara). Pembelajaran komunikatif saat ini mengharuskan dosen memahami bagaimana mengajarkan fluency (kelancaran), bukan hanya accuracy (akurasi), bagaimana menggunakan teks otentik dan konteks dalam ruang kelas, bagaimana memfokuskan pada tujuan-tujuan komunikasi linguistik, dan bagaimana meningkatkan motivasi mahasiswa.
Pada kegiatan pembelajaran writing di kelas, dosen lebih berperan sebagai fasilitator dan responder terhadap tulisan mahasiswa. Sebagai fasilitator, dosen memberikan bimbingan untuk membantu mahasiswa terlibat dalam pengembangan pemikiran dan pemunculan ide-ide dalam proses menulis, tetapi tidak diperbolehkan memaksakan ide-idenya ke dalam tulisan mahasiswa. Peran dosen lebih kepada memberikan umpan balik dalam bentuk koreksi atau komentar.
Meskipun demikian, menurut Chandrasegaran intervensi dapat dilakukan oleh dosen pada proses kegiatan menulis mahasiswa dengan tujuan:
a. Untuk pembuatan keputusan yang lebih efektif
Dosen boleh melakukan intervensi dengan cara membantu mahasiswa mengevaluasi pilihan-pilihan yang telah mereka buat terkait dengan makna (ide-ide) dan bahasa (kata-kata dan kaidah bahasa). Dosen dapat memberikan bantuan untuk memudahkan mahasiswa memperbaiki teks sebelum dikumpulkan untuk dinilai. Intervensi terjadi ketika mahasiswa sudah menulis sebagian dari teks yang diminta, atau telah melengkapi sebagian tahapan pada planning, writing, atau revising.
b. Mahasiswa dapat lebih memahami apa yang diharapkan oleh pembaca
Sebuah tulisan dikatakan berhasil jika pembaca yang menjadi sasaran menganggapnya demikian, yang berarti bahwa teks tersebut “benar” sesuai tujuannya. Oleh karena itu, dosen dapat membantu mahasiswa dalam memahami apa yang diinginkan oleh pembaca yang menjadi sasaran sebuah tulisan.
II. MICROSKILL PADA KETERAMPILAN WRITING
Untuk menguasai keterampilan menulis, mahasiswa harus memiliki sejumlah microskill yang sangat penting bagi seorang penulis yang efektif, yaitu:
a. Menghasilkan pola-pola tulisan tangan atau orthographic bahasa Inggris.
b. Menghasilkan tulisan dengan tingkat kecepatan yang efisien sesuai dengan tujuan.
c. Menghasilkan rangkaian kata yang dapat dipahami dan menggunakan pola urutan kata yang tepat.
d. Menggunakan sistem gramatikal yang dapat diterima (misal tense, agreement, pluralization, pattern, dan rule).
e. Mengungkapkan makna khusus pada berbagai bentuk gramatikal.
f. Menggunakan tanda-tanda kohesif pada wacana tertulis.
g. Menggunakan bentuk dan peraturan retoris untuk wacana tertulis.
h. Mencapai fungsi-fungsi komunikatif teks tertulis secara tepat sesuai dengan bentuk dan tujuan.
i. Menghubungkan berbagai peristiwa dan mengkomunikasikan hubungan-hubungan ini sebagai ide utama, ide penunjang, informasi baru, informasi yang telah ada, generalisasi, dan pemberian contoh.
j. Membedakan antara makna eksplisit dan implisit ketika menulis.
k. Menyampaikan referensi spesifik dalam konteks teks tertulis secara benar.
l. Mengembangkan dan menggunakan serangkaian strategi menulis, seperti menilai interpretasi pembaca secara tepat, menggunakan prosedur-prosedur pre-writing, menulis dengan lancar pada draft pertama, menggunakan parafrase dan sinonim, meminta umpan balik dari dosen dan teman, dan menggunakan umpan balik untuk revisi dan editing.

III. PERFORMA WRITING
Dalam proses pembelajaran menulis, ada beberapa kategori kegiatan menulis yang bisa dijadikan tugas ketika melakukan aktivitas di dalam ruang kelas yang dikemukakan oleh Brown.

a. Menyalin (imitative writing)
Pada tingkatan permulaan menulis, mahasiswa hanya akan “menyalin” huruf-huruf, kata-kata, dan mungkin kalimat ketika mempelajari aturan-aturan kode ortografis. Beberapa bentuk dikte masuk dalam kategori ini, walaupun dikte juga dapat diajarkan pada proses menulis yang lebih tinggi. Dikte biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:
- Dosen membaca sebuah paragraf pendek satu atau dua kali dengan kecepatan normal.
- Dosen membaca paragraf frasa demi frasa dengan masing-masing tiga atau empat kata, dan tiap frasa diikuti dengan jeda.
- Selama jeda, mahasiswa menuliskan apa yang mereka dengar.
- Dosen kemudian membaca seluruh paragraf sekali lagi dengan kecepatan normal sehingga mahasiswa dapat mengecek tulisan mereka.
- Menyekor tulisan mahasiswa dapat menggunakan sejumlah kriteria untuk memberikan poin. Biasanya kesalahan ejaan dan tanda baca tidak digolongkan pada kesalahan gramatikal.

b. Intensif atau terkontrol (Intensive/Controlled Writing)
Menulis kadang kala digunakan sebagai sebuah cara untuk mempelajari, memperkuat, atau menguji konsep-konsep gramatikal. Menulis intensif dapat dilakukan melalui latihan-latihan grammar tertulis dan terkontrol. Jenis writing ini tidak menuntut banyak kreatifitas dari penulis. Bentuk umum writing terkontrol adalah memberikan paragraf kepada mahasiswa di mana mereka harus mengubah seluruh struktur kalimat pada paragraf tersebut; misalnya mengubah dari present tense menjadi past tense. Menulis terbimbing (guided writing) melonggarkan kontrol dosen tetapi tetap memberikan serangkaian stimulus. Sebagai contoh, dosen dapat menyuruh mahasiswa menuliskan sebuah cerita dengan rangkaian pertanyaan dari dosen: Where does the story take place? Describe the principal character. What does he say to the woman in the car?
Salah satu bentuk menulis terbimbing lainnya adalah dicto-comp. Paragraf dibacakan dengan kecepatan normal, biasanya dua atau tiga kali; kemudian dosen meminta mahasiswa untuk menuliskan kembali paragraf. Kadang kala dosen menuliskan sejumlah kata kunci secara berurutan guna membantu mahasiswa.
c. Menulis mandiri (Self-Writing)
Proporsi tugas menulis di kelas yang paling banyak mungkin pada self-writing, atau menulis hanya dengan diri sendiri sebagai audiens. Contoh paling nyata dari bentuk ini adalah mencatat materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen. Diary (catatan harian) atau tulisan jurnal juga termasuk kategori ini. Pada jurnal, mahasiswa mencatat pikiran, perasaan, dan reaksi, dan dosen memberikan respon berupa komentar tentang tulisan mereka.
d. Tulisan ilmiah (Display Writing)
Bagi semua mahasiswa yang belajar bahasa Inggris, latihan-latihan tanya jawab, ujian essay, dan laporan penelitian akan melibatkan elemen display. Kaitannya dengan bidang akademik, salah satu keterampilan akademik yang harus mereka kuasai adalah serangkaian teknik menulis display.
e. Tulisan otentik (Real Writing)
Jenis tulisan ini bertujuan untuk betul-betul mengkomunikasikan pesan yang diinginkan kepada pembaca. Ada tiga kategori:
1. Akademis. Kelompok-kelompok mahasiswa di kelas pada umumnya saling bertukar informasi dalam bentuk tertulis. Tugas-tugas kelompok, khususnya yang terkait dengan isu-isu dan topik saat ini, bisa jadi memiliki komponen writing di mana informasi betul-betul dicari dan disampaikan. Kegiatan yang lain adalah peer-editing.
2. Kejuruan/teknis. Membuat tulisan harus juga dilakukan oleh orang-orang yang belajar bahasa Inggris karena tuntutan pekerjaan. Tulisan-tulisan tersebut biasanya dalam bentuk surat, pengisian blangko, atau pembuatan prosedur-prosedur pengoperasian suatu alat.
3. Personal. Tulisan jenis ini meliputi diary (catatan harian), surat, kartu pos, catatan, pesan pribadi, dan tulisan-tulisan informal lain.

IV. PRINSIP-PRINSIP MENDESAIN TEKNIK WRITING
Tidak ada suatu kegiatan yang bisa terlaksana dengan baik bila tidak direncanakan dan didesain dengan baik. Demikian pula kegiatan pembelajaran. Hasil lebih maksimal akan mungkin dicapai bila kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan didesain dengan baik. Untuk itu, perlu bagi seorang guru atau dosen untuk mengacu kepada prinsip-prinsip tertentu ketika mendesain kegiatan pembelajaran di kelas. Di kelas writing, ada sejumlah prinsip yang dikemukakan oleh Brown yang dapat dijadikan landasan dalam mendesain teknik writing, meliputi:
1. Terapkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penulis yang “baik”
Saat menggunakan sebuah teknik writing, pertimbangkan beberapa hal yang dilakukan penulis yang efektif, misalnya:
- fokuskan pada tujuan atau ide utama dalam menulis
- secara cerdas berupaya mengukur audiens mereka
- memanfaatkan waktu (tetapi tidak terlalu lama) untuk perencanaan menulis
- membiarkan ide-ide pertama mereka mengalir di kertas
- mengikuti rencana umum pengorganisasian ketika menulis
- mencari dan menggunakan umpan balik pada tulisan mereka
- tidak terikat pada struktur permukaan tertentu
- merevisi hasil tulisan mereka dengan sungguh-sungguh dan efisien
- melakukan revisi sesuai dengan yang dibutuhkan

2. Keseimbangan proses dan produk
Karena menulis adalah proses mengarang dan biasanya membutuhkan beberapa draft sebelum dihasilkan sebuah produk tulisan yang efektif, pastikan bahwa mahasiswa secara seksama melalui tahap-tahap yang tepat pada proses mengarang. Tahap ini meliputi perhatian pada peran anda sebagai pembimbing dan sebagai perespon. Pada saat yang bersamaan, jangan terlalu terpaku pada pada tahap-tahap menuju hasil akhir yang menyebabkan anda mengabaikan pencapaian akhir: sebuah tulisan yang jelas, kritis, tersusun baik, dan efektif. Pastikan mahasiswa mengetahui bahwa apapun proses yang dilalui menuju hasil akhir ini merupakan upaya yang berharga.
3. Mempertimbangkan latar belakang kultural/sastra
Pastikan bahwa teknik-teknik yang digunakan tidak menganggap bahwa mahasiswa tahu aturan-aturan retoris bahasa Inggris. Jika ada, sejumlah pertentangan nyata antara tradisi asal mahasiswa dengan apa yang akan anda ajarkan, cobalah untuk membantu mahasiswa memahami pertentangan tersebut dan secara perlahan membawa mereka pada penggunaan retoris bahasa Inggris yang dapat diterima.
4. Hubungkan antara kegiatan membaca dengan menulis
Jelas bahwa mahasiswa belajar menulis sebagian dengan cara mengamati apa yang sudah tertulis. Jadi, mereka belajar dengan mengamati atau membawa kata-kata yang tertulis. Dengan membaca dan mempelajari berbagai tipe teks yang relevan, mahasiswa dapat memperoleh wawasan pengetahuan yang penting tentang bagaimana mereka harus menulis dan tentang subjek yang mungkin akan menjadi topik tulisan mereka.
5. Memberikan sebanyak mungkin tulisan otentik
Apakah tulisan berupa real writing atau untuk display, tulisan tersebut tetap otentik jika tujuannya jelas bagi mahasiswa, audiensnya jelas, dan ada maksud untuk menyampaikan makna. Mengerjakan tugas writing bersama-sama dengan mahasiswa lain di kelas merupakan salah satu cara untuk menambah keotentikan. Membuat laporan kelas, menulis surat untuk orang-orang di luar kelas, menulis naskah untuk presentasi drama, menulis resume, menulis iklan – semuanya dapat dianggap sebagai menulis otentik.
6. Susunlah teknik menulis anda dengan urutan tahap pre-writing, drafting, dan revising
Pendekatan menulis proses cenderung dilakukan dalam tiga tahap menulis. Tahap pre-writing mendorong munculnya ide-ide dalam berbagai cara:
- membaca sebuah wacana
- skimming (membaca cepat) dan/atau scanning (membaca detil)
- melakukan penelitian
- brainstorming (tukar pendapat)
- membuat daftar secara individu
- mengelompokkan (dimulai dengan kata kunci, kemudian tambahkan kata-kata lain dengan menggunakan hubungan bebas)
- membahas sebuah topik atau pertanyaan
- pertanyaan-pertanyaan dan tes dari dosen
- menulis bebas

Tahap drafting dan revising merupakan inti dari proses menulis. Pada pendekatan tradisional dalam pembelajaran writing, mahasiswa diberi tugas mengarang di kelas untuk menulis dari awal hingga selesai selama perkuliahan berlangsung atau diberi tugas rumah. Aktivitas/cara tersebut tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk fokus pada tahap drafting. Pada pendekatan proses, drafting dipandang sebagai rangkaian strategi yang penting dan kompleks, menguasainya membutuhkan waktu, kesabaran, dan dosen yang terlatih.
Beberapa strategi dan keterampilan yang dapat diterapkan pada proses drafting/revising dalam menulis:
- proses memulai (adaptasi dari teknik mengarang bebas)
- monitoring yang “optimal” terhadap tulisan seseorang (tanpa editing yang prematur dan mengabaikan pemilihan kata, tata bahasa, dan lain-lain)
- review dari rekan mahasiswa untuk isi tulisan (memanfaatkan komentar rekan-rekan sekelas)
- memanfaatkan feedback dari dosen
- editing terhadap kekeliruan gramatikal
- teknik “read aloud” (membaca keras) (dalam kelompok kecil atau berpasangan, mahasiswa membacakan draft mereka yang hampir selesai kepada teman-teman mereka untuk pemeriksaan akhir terhadap kesalahan, runtutan ide, dan lain-lain)
- proofreading (membaca kritis)
7. Berupaya menawarkan teknik-teknik yang seinteraktif mungkin
Tidak diragukan lagi bahwa pendekatan proses terhadap pembelajaran writing sangatlah interaktif (karena mahasiswa bekerja berpasangan dan berkelompok untuk menghasilkan ide-ide dan untuk melakukan kegiatan editing dengan rekannya), serta learner-centered (terpusat pada mahasiswa) (dengan kesempatan yang luas bagi mahasiswa untuk memulai aktivitas dan bertukar pikiran). Teknik-teknik writing yang memfokuskan pada tujuan-tujuan lain selain karangan (seperti surat, formulir, memo, petunjuk, laporan singkat) juga merupakan kegiatan-kegiatan yang harus mengacu pada prinsip-prinsip kegiatan kelas yang interaktif. Kolaborasi kelompok, tukar pikiran, dan mengkritik merupakan bagian dari teknik-teknik yang memfokuskan pada writing.
8. Secara peka menerapkan metode merespon dan mengoreksi tulisan mahasiswa anda
Koreksi kesalahan dalam writing harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Karena writing, tidak seperti speaking, seringkali meliputi tahap perencanaan yang panjang, koreksi terhadap kesalahan yang dimulai pada tahap drafting dan revising, yang merupakan waktu yang paling tepat untuk mengoreksi dibandingkan dengan pada tahap-tahap menulis yang lain. Ketika mahasiswa menerima respon terhadap hasil tulisan mereka, kesalahan – yang hanya merupakan salah satu aspek untuk direspon – jarang diperbaiki oleh dosen; sebaliknya, kesalahan-kesalahan tersebut diperbaiki melalui self-correction (koreksi sendiri), peer-correction (koreksi oleh rekan), dan komentar-komentar oleh dosen.
Sejalan dengan hal ini, Mc Crimmon juga mengemukakan beberapa tahapan dalam menulis:
- Pre-writing
Pada aktivitas pre-writing, sebelum mulai memunculkan ide-idenya dalam bentuk sebuah tulisan di atas selembar kertas, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Apakah tujuan tulisan ini dibuat? Untuk siapa tulisan ini ditujukan?
Ketika hal ini dikembangkan menjadi tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pembelajar ketika mempersiapkan tulisannya, relevansi tugas tersebut dapat diperluas, misalkan sebagai berikut: berpikir mengenai isi, berpikir mengenai pembaca, dan persiapan yang sistematis untuk menulis.
- Composing and drafting
Selama mengarang, seorang penulis merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah tulisan yang paling sesuai dengan apa yang ingin mereka sampaikan kepada pembaca mereka. Mengarang hanyalah salah satu bagian dari suatu rangkaian, dan momen ketika pertama kalinya pena penulis menyentuh kertas.
- Revising and editing
Tahap revisi atau perbaikan menyatu dengan proses menulis dan sangat berbeda dengan apa yang sering terjadi pada konsep awal tulisan seorang pembelajar. Pada kenyataannya, sebuah tulisan yang panjang bisa saja mengalami beberapa kali revisi sebelum benar-benar menjadi sebuah tulisan yang siap disajikan kepada pembaca.

V. KESIMPULAN
Menulis merupakan aktivitas psikologis seorang pengguna bahasa untuk menampilkan informasi dalam bentuk tertulis yang di dalamnya terkandung topik tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Untuk menyelesaikan sebuah tulisan, baik dalam bahasa penutur maupun bahasa asing, seorang pembelajar harus melaksanakan beberapa tahapan yang secara umum terdiri atas perencanaan (planning atau pre-writing), pembuatan konsep dan tulisan (drafting), dan perbaikan (revising). Sejumlah teknik dan strategi dapat diterapkan oleh guru atau dosen di ruang kelas untuk membelajarkan keterampilan menulis sehingga pembelajar dapat menghasilkan tulisan yang menarik dan berkualitas. Penerapan teknik atau strategi tertentu semestinya disesuaikan dengan karakteristik pembelajar, kebutuhannya, dan tujuan dari pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta kelas writing yang kondusif guna memunculkan performa writing pembelajar secara maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu